POTENSI ULAMA DALAM KONFLIK URUT SEWU KEBUMEN
Nurhidayah*
Membuka catatan sejarah kota Kebumen mulai masa kerajaan Mataram Islam hingga era reformasi sekarang ini, kota Kebumen menyimpan banyak catatan peristiwa penting. Mulai sejarah berdirinya kota Kebumen hingga konflik-konflik local yang dipicu entah oleh alasan ekonomi, social, politik maupun agama. Bahkan peristiwa konflik terbaru yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah daerah setempat karena belum selesai hingga hari ini adalah peristiwa konflik Urut Sewu. Sebuah konflik yang terjadi antara pihak pemerintah yang di dalam hal ini adalah pihak TNI dengan masyarakat, mengenai pusat pelatihan militer yang ada di wilayah Urut Sewu. Padahal menurut salah seorang tokoh masyarakat di daerah Urut Sewu, sebenarnya peristiwa konflik Urut Sewu sebenarnya tidak perlu terjadi, apalagi sampai menimbulkan korban dan ketakutan di masyarakat. Karena selama ini masyarakat Urut Sewu mempunyai hubungan harmonis dengan pihak TNI.
SALAH TAFSIR KONFLIK ANTARA MASYARAKAT URUT SEWU DAN TNI
Bila ditelaah lebih dalam, peristiwa Urut Sewu merupakan konflik yang multidimensi. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai aspek pendorong munculnya konflik, yaitu seperti adanya persengketaan dua di wilayah Urut Sewu, yaitu desa Setro Jenar Buluspesantren dengan warga Bonorowo, penolakan rencana penambangan pasir besi, hingga status kepemilikan tanah sengketa.
Sejarah wilayah Urut sewu sejak zaman revolusi kemerdekaan hingga masa orde baru selama ini menunjukan bahwa masyarakat Urut Sewu mempunyai hubungan selalu harmonis dengan TNI. Kondisi tersebut bukan tanpa alasan. Masyarakat dekat dengan TNI dan mengizinkan sebagian wilayahnya menjadi sarana latihan dikarenakan dari sebelum kemerekaan memang wilayah Urut Sewu merupakan salah satu basis Tentara Nasional Indonesia untuk melawan kolonial Belanda. Keharmonisan hubungan ini didasarkan pada adanya kesadaran masyarakat tentang kedudukan TNI sebagai basis terdepan penjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI yang tentu saja membutuhkan wilayah sebagai sarana latihan dan pengembangan skill keprajuritan.
Sangat disesalkan konflik antara masyarakat dan TNI yang terus berlarut-larut, seakan api dalam sekam. Hal tersebut terjadi karena ada pihak ketiga yang menghendaki dan mengijinkan adanya keinstabilan di daerah Urut Sewu, Kebumen. Entah bagaimana kronologis peristiwa yang terjadi sebenarnya, namun puncaknya adalah peristiwa penembakan dan sweeping pemuda oleh oknum TNI. Kondisi yang mendorong para tokoh masyarakat di daerah Urut Sewu, khususnya golongan ulama di kabupaten Kebumen untuk mencoba turun tangan melalui lembaga kemasyarakatan yang ada di wilayah tersebut sebagaimana diakui salah satu tokoh masyarakat, Drs.H. Makhrur Adam Maulana,M.Ag.
ULAMA HARUS TURUN TANGAN
Masyarakat Kebumen adalah masyarakat agraris yang terletak di wilayah Kasultanan Yogyakarta dan Karesidenan Banyumas. Walaupun secara bahasa, mereka ngapak karena dekat dengan kultur Banyumasan akan tetapi masyarakat Kebumen adalah masyarakat yang lebih dikenal dengan anteng ing pamrih, rame ing gawe (banyak kerja sedikit bicara). Hingga layak, ketika banyak perusahaan yang langsung melakukan rekruitmen tenaga terampil langsung ke daerah ini.
Namun jangan salah, walaupun cenderung diam dan sedikit bicara tetapi masyarakat Kebumen yang mayoritas Muslim meski Hindhu, Budha, Kristen juga ada bukan berarti akan diam manakala ada ketidakadilan. Masyarakat akan berani bertanya langsung atau menuntut langsung. Akan tetapi seringkali pihak-pihak yang dituntut kurang memahami dan kurang sabar dalam menanggapi atau menyelesaikan tuntutan tersebut, hingga pada akhirnya sering timbul konflik. Seperti terjadinya peristiwa tahun 1998 tentang pembakaran toko-toko etnis China di Kebumen dan terangkum dalam sebuah buku berjudul kerusuhan Mei 1998.
Mungkin benar sebagian penelitian dosen dari UNDIP, bahwa masyarakat Kebumen bersumbu pendek. Namun sebagaimana sumbu pendek, ia juga mudah untuk dipadamkan asalkan dengan penanganan atau pendekatan yang sesuai (tidak antem kromo). Sebagaimana konsep rekayasa sosial dari Jalaludin Rahmat, bahwa pembaruan kondisi sosial masyarakat harus disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.
Melibatkan ulama dalam penyelesaian konflik bisa menjadi salah satu alternative signifikan. Mengingat masyarakat Kebumen yang cenderung agamis. Sebagaimana kultur yang ada dalam masyarakat agamis peranan ulama sangat berperan. Karena hampir setiap aktivitas baik pribadi atau kelompok selalu dikonsultasikan pada ulama. Kedudukan Ulama di mata masyarakat Kebumen masih sangat dijunjung tinggi. Apalagi selama ini kaum ulama di Kebumen mampu menyelaraskan antara hukum adat yang berlaku di masyarakat dengan hukum positif dan agama tanpa mengurangi/merusak esensi hukum agama itu sendiri. Apalagi dalam masyarakat Kebumen yang mayoritas Nahdlotul ulama (NU), para ulamanya seringkali menekankan kepada masyarakat untuk mampu menjaga kehidupan keagamaan tanpa konflik demi terjaganya stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian agama atau kepercayaan bisa menjadi media komunikasi masyarakat dengan Negara, dalam hal ini melalui peran ulama/tokoh agama.
MERUBAH PARADIGMA TNI DAN ULAMA, ALTERNATIF PENDEKATAN PENYELESAIAN KONFLIK URUT SEWU
Sebagaimana pendapat Karl Marx, Freud bahwa adakalanya konflik tidak perlu dilihat dari kacamata negative. Maka konflik di wilayah Urut Sewu perlu kiranya mencoba dilakukan rekonstruksi paradigma positive di antara TNI dan Ulama. Konflik Urut Sewu merupakan sebuah sarana evaluative perjalanan bagi peran keduanya. Mengapa? bukan untuk mencari siapa yang benar dan siapa salah, tidak ada salahnya TNI mencoba melakukan evaluasi internal terkait pola hubungan dengan warga, karena mungkin saja ada sumbatan-sumbatan pendekatan dan pola hubungan yang belum sepehaman dalam proses interaksi antar TNI dan warga. Disisi lain peran ulama sebagai corong warga diharapkan mampu mewakili masyarakat untuk memperbaiki kembali sumbatan-sumbatan yang muncul antar TNI dan masyarakat. Dibutuhkan kesadaran dan semangat rekonsiliasi atas konflik melalui arbitrer-arbitrer yang independen demi keutuhan NKRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar